MUARA PAYANG
28 FEBRUARI 2009
Pada hari ini merupakan tonggak sejarah pertama bahwa di BESEMAH atau dikenal dengan sebutan PASEMAH di Sumatera bagian Selatan dilaksanakan Seminar Sejarah dengan Tema “ Dengan Seminar Nasional Peradaban Besemah Sebagai Pendahulu Kerajaan Sriwijaya, kitKIta Wujudkan persatuan dan Kesatuan Bangsa Serta Rasa Cinta Tanah Air”.
Sepengetahuan kami belum pernah ada seminar sejarah sekhusus ini di tempat ini (TANAH PASEMAH) yang mengaitkan jagat Pasemah dengan Kerajaan Sriwijaya.
Ini membuktikan perspektif sejarah untuk di teliti secara ilmiah tidak terbatas waktu dan tempat dipandang dari berbagai disiplin ilmu termasuk juga temuan-temuan benda-benda bersejarah yang diketemukan kemudian.
Jadi Sejarah adalah riwayat masa lampau, suatu riwayat yang menjelaskan asal dan proses suatu peristiwa sejarah. Secara umum sejarah dikaitkan dengan peninggalan-peninggalan benda masa lampau misal patung, situs, candi, senjata kuno, budaya-budaya kuno dan lain-lain.
Dismping itu sejarah menapilkan dimensi ruang dan waktu. Setiap pristiwa selalu mengandung tiga unsure yaitu pelaku, tempat, dan waktu. Peninggalan msa lampau lebih berkonotasi pada keadaan yang belum tersentuh manusia masa kini. Peristiwa sejarah sebagai perisrtiwa sejarah itu susngguh-sungguh terjadi ( Hitorialita) sudah berlalu, peristiwa masa lampau tidak mungkin tampil di hadpan masa kini.
Tidak ada manusia yang dapat melarikan diri dari sejarah. Namun tidaj semua manusia dapat menyadari diianya sebagai pelaku sejarah apa lagi berkesadaran bersejarah
Mudah-mudahan dengan seminar ini menyadarkan kita betapa pentingnya arti berkesadaran sejarah untuk meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam pembangunan NKRI.
BESEMAH BAGIAN DARI SRIWIJAYA
Sebagai mana kita ketahui bahwa bangsa Indonesia sangat majemuk sekali keberadaannya dari sabang sampe maroke, beranekaragam suku bangsa, beranekaragam adapt, budaya, bangsa bahkan tanggan agama yang dianut dapat dilihat dengan jelas
Demikian suku bangsa BESEMAH atau PASEMAH merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari suku bangsa yang ada dibumi nusantara ini.
Menurut sejarah dan crita yang diyakini sejak zaman dulu hingga saat ini, nama “ BEEMAH” atau “ PASEMAH “ asal mula puang “ATONG BUNGSU “ mencari dengan keluarga dan rombongannya.
Pada akhirnya puyang ATUNG BUNGSU melihat dan menemukan ikan SEMAH dipeairan dataran tinggi dantara bukit barisan dan gunung dempo hingga wilayah / daerah ini diberimana “ BESEMAH “.
Dengan perkembanggannya ada dimanakan “ TANAH BESEMAH”, “RANA BESEMAH”, “JAGAT BESEMAH”, demikian penduduk asli ( Masutim ) menamakan kelahirannya.
Hikayat nenek moyang ini dapat dari penuturan tua-tua terdahulu, secara tertulis belum ditemukan.
Sebelum kita memaparkan lebih jauh,mari kita keadaan PASEMAH dari zaman ke zaman antara lain :
- zaman ketika Pasmah mengalami kemajuan karena usahanya sendiri, zaman kemerdekaan sekian ratus tahun yang berlalu bahkan beberapa yang lalu, dapat dilihat dari :
Geografis, Siapa orang Pasemah (asal usul),, Budaya, Bahasa, Pemerintahan, Peninggalan-peninggalan benda bersejarah megalit, candi, situs, dll .
- Zaman keadaan sriwijaya → 700 tahun sudah ada
- Zaman kesultanan Palembang (1600 – 1825)
- Zaman Kolonial Inggris dan Belanda (abad 18 dan 19)
- Zaman kemerdekaan Indonesia (1945-sekarang)
Dalam seminar ini kami membatasi hanya sampai ke BESEMAH adalah bagian dari sriwijaya.
I. Geogarafis Pasemah
Pasemah secara geografis terletak kearah sebelah barat Kota Palembang atau di pedalaman Sumatera Selatan. Terhampar di lereng-lereng bukit dan gunung dempo, dengan ketinggian ± 3200 m diatas permukaan laut. Sebelah timur membujur kearah bukit besar sedangkan keselatan membujur kearah gunung atau bukit patah. Daerah Pasemah menurut penyebaran penduduk dibagi menjadi beberapa bagian yaitu Pasemah lebar, Pasemah Ulu Manna, Pasemah Ulu Lintang, Semendo, Pasemah Air Keruh, Pasemah Kikim, Pasemah Merapi dan Bandar Agung, Muaradua Kisam dan Makakao.
Punggung Gunung yang membentang dari bukit jambul kearah selatan menuju bukit pancing memisahkan Pasemah Lebar dan Pasmah Semendo selanjutnya kearah yang sama kegunung patah di ujung paling selatan dan kearah barat kebukit Umang, kemudian kearah utara Gunung Dempo memisah antara Pasemah Lebar dengan Pasmah Ulu Manna.
II. Siapakah orang Besemah atau Pasemah ?
Secara tertulis pula, rumpun sukubangsa pasemah belum diketemukan hingga banyak pendapat atau penulis sejarah pasemah terdahulu menulis dan meriwayatkan bahwa rumpun orang Pasemah termasuk antara lain :
- Orang Pasemah berkumpul ke Bengkulu
- Orang Pasemah berkumpul ke Jawa
- Orang Pasemah berkumpul ke Lampung
- Orang Pasemah berkumpul ke Muka
- Orang Pasemah dari daratan timur Asia dan seterusnya
Dari sekian banyak pendapat ini, penulis mengajak mempelajari dari pakar sejarawan berbagai disiplin ilmu untuk mengetahukan ras-ras umat manusia dan migrasi bangsa-bangsa masukan ke Nusantara.
III. Melayu tua dan melayu muda
Dinamika gerak awal penduduk di Asia Tenggara (2000-3000 tahun SM) dari (Keith Buchana – The Southeast Asia World halaman 27).
Sebagian besar penduduk indonesia termasuk Ras Paliomongoloid, sebutan yang dberikan oleh VON ELCKSTEAT untuk Ras Melayu, sebagai cabang dari Ras Induk Kuning. Ras Malayu ini yang menyebarkannya dari sumber aslinya (mungkin tibet) menuju ke selatan Hindia Belakang.
Di Hindia belakang ada dua pusat penyebaran. Dari daerah Yunan di Cina selatan berangkalah suku-suku yang tergolong proto Melayu Tua. Sedangkan dari dataran Dongson di Vietnam Utara berangkatlah Deutro Melayu Muda. Melayu sebagai keseluruhan adalah dengan ciri-ciri fisik (generologis) rambut lurus, kulit kuning kecoklatan dan kadang-kadang masih sipit pelupuk matanya bahkan masih banyak yang berkulit putih dan sipit matanya.
Antropolog Fischer berpendapat bahwa kelompok Melayu Tua datangnya di Nusantara lebih dulu dari pada kelompok Melayu Muda. Migran-migran pendahulu itu menempati pantai-pantai Sumatra selatan, Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat.
Tetapi kemudian kaerana tersesak oleh kelompok Melayu Muda yang datang kemudian, kelompok Melayu Muda lanjut k pedalaman dan hidup tersolasi sehingga muncullah peradaban mereka ini suku-suku Dayak dan Toraja. Adapun suku Batak kemudian memiliki jalan Barat menguasai pantai-pantai barat dan malaka, buktinya pada suku Karen dan Burma (Birma) banyak terkandung kemiripan fisik, bangsa dan suku Batak.
Perpindahan mereka di Nusantara dapat ditelusuri rutenya yang berupa terbesarnya alat-alat mereka tinggalkan secara berceceran yakni kapak persegi panjang (rectangular axe) kedapatan di Malaka, Sumatra Kalimatan dan Sulawesi.
Hal yang menarik adalah kontradeksi mengenai fakta yang telah ditemukannya kapak persegi panjang dalam jumlah lebih besar justru di luar daerah Melayu Tua yakni Sumatra Selatan (Pasemah) dan di jawa.
Kelompok Melayu Muda seperti ditunjukkan di atas berasal dari Dongson Vietnam Utara. Mereka ini telah membuat perkakas dari perunggu. Peradapan mereka di tandai dengan kemampuan mengerjakan logam dengan sempurnah. Di bidang pengolahan tanah pertani yang berhasil mereka tercipta dengan membabat hutan terlebih dahuli. Sudah selakyaknya mereka mencari daerah-daerah Sumatra dan Jawa untuk digarap seperti di Negeri asal-usul mereka.
Menurut perhitungan sejarah, nenek moyang orang Melayu, Sumatra, jawa dan Kalimantan ini datangnya pada tahun 1500 sebelum Tarikh Masehi memeperlihatkan penyebaran bahasa-bahasa daerah menurut suku-suku Melayu.
Untuk menelusuri penjelasan di atas atau yang telah dikemukakan diatas dikandung maksud migran-migran masuk ke Nusantara atau untuk melihat penyebaran penduduk di Bumi Nusantara.
Khususnya di Sumatra bagian Selatan suku bangsa Pasemah banyak kemiripan dengan asal kedatangannya di Negeri asal-usul mereka. Hal juga dapat kita lihat dari penelitian pakar pra sejarah dan kepurbakalaan awal abad 19 sampe tahun 1935 adanya peninggalan-peninggalan pra sejarah.
IV. Zaman Megalitik
Megalitic Remain in South Sumatra
Pasemah mempunyai kedudukan tersendiri dalam sejarah kebudayaan Indonesia, karena peninggalan tradisi megalitik yang berjumlah ratusan buah.
Robert Von Heinz Gelderen pakar kepurbakalaan mengatakan peninggalan tradisi megalitik berupa batu besar berbentuk manusia secara utuh seperti arca batu tinggi hari, Muara Dua dan Pulau panggung menggambarkan arca pendeta leluhur dinegri Cina sebagai altar pemujaan leluhur ini juga mengigatkan negeri asal, arca ditinggi hari memakai semacam topi yang bagian belakang sisi kiri dan kanan cobing, membatasi bagian muka dengan kepala. Jelas terlihat bahwa arca ini memakai topi khas Cina yang di perkirakan zaman Dinasti Tang dan Ming (618-207 SM).
Sejarah dengan itu tanah Pasemah banyak ditemukan batu megalitik zaman Hindu-Budhaoleh pakar arkeologi dalam bukunya “ DE HINDOE OUDHEDEN IN DE PESEMAH HUOGLAKKTE (RESIDENTE PALEMBANG) DOOR LC. WESTENK” tahun 1932. juga ilmuwan-ilmuwan arkeologibangsa Eropa yang tidak kami tulis satu per satu dan batu megalitik (arca) ini banyak ditemukan di Dusun Tegu Wangi dan di dusun lain Pasemah, inilah sedikit dari gambaran peninggalan zaman megalit.
Di dataran tinggi Pasemah banyak terdapat arca atau patung-patung yang menggambarkan manusia masa kini (diluar arca zaman Hindu) menurut hikayat dan legendanya patung / arca ini kutukan dari puyang serunting sakti terkenal dengan sebutan sipahit lidah lainnya terkenal dengan cerita pertempuran antara sipahit lidah dan aria tabing kerena jagat Pasemah terkenal dengan sebutan Bumi sipahit lidah.
V. Agama dan kepercayaan
Menurut beberapa penulis Barat bahwa sebelum masuknya agama islam di Pasemah dahulu masyarakat menganut Aninisme tetapi ini sangat di ragukan sebab pada dasarnya aninisme adalah suatu bentuk pekercayaan primitif yang memuja benda-benda yang di percaya mempunyai atau didiami roh halusmemang keprcayan aninisme banyak dianut suku-suku yang ada di indonesia seperti di kepulauan Nias, Tapanuli (Batak), suku Dayak di Kalimantan dan suku dikepualauan Irian (suku asmat). Suku ini membuat patung dari kayu yag disebut “TOTEM” di pakai dalam upacara keadatan mereka.
Tetapi ciri-ciri khas sperti itu atau pemujaan benda-benda yang di buat sendiri atau terhadap benda lainnya seperti batang, kayu terdapat dalam keadatan Pasemah (Upacara Adat Pasemah)
Ada pendapat lain bahwa orang Pasemah sangat percaya pada apa yang disebut puyang sebgai leluhur yang sangat di hormati, disegani. Karena puyang-puyang ini disamping asal-usul keturunan juga mempunyai kesaktian terlihat ini jelas hingga sekarang masih diceritakan dan diakui walau pun sebelum agama islam masuk juga ada pengaruh dari agama Hindu dan Budah, seperti nyeran masuk hitan panen padi pada sanghiang sri dan ada lagu (gegerit) yang menyebut Sang Batare Dewe di Kahyangan.
Dalam kitab-kitab dalam bahasa sang sekerta pada awal tahun masehi di sebut Pulau Jawa dengan nama Jawadwipa dan Sumatera dengan nama Suwarnadwipa.
Menurut pararaton mereka datang dari negeri Kalingga, Keling dan pantai tanah Malakadwipa dari kamboja (Campa) dalam babad itu banyak nama tempat ke Pualauan Hindia yang berganti arah ke tenggara sambil berdagang mereka mengajarkan agama dan kebudayaan serta tata cara mereka tidak menularkan atau mengembangkan ilmu pengtahuan saja melainkan mempengaruhi orang-orang Sumatra, Jawa, Bali, dan Sumbawa.
Dalam pararaton dijelaskan pula bahwah tempat peristirahatan dalam perjalannya terletak di pilau Sumatra yang berawa-rawa serta berhutan belantara jelaslah Palembanng dan Jawa bagian tengah menjadi tumpuan bertempat tinggal orang hindu dan Budha ( dalam buku Prapanca Negara Kertagama Kerajaan Sriwijaya adalah pusat pendidikan agama Hindu Budah
VI. Bahasa dan Tulisan
Bahasa Besemah (Pasemah) termasuk dalam bahasa Melayu. Namun demikian para ahli bahasa mengatakan bahwa bahasa Pasemah dalah bahasa Melayu Tua. Hal ini dapat dibuktikan dari linguistik khas Pasemah dan di perbendaharaan kata-kata tidak sama dengan kebanyakan bangsa Melayu pada umumnya di Pulau Sumatera antara lain Bahasa Melayu Deli, Melayu Riau, melayu Jambi, dan Melayu Pulau Bangka, dll. Dalam tulisan orang Pasemah tempo dulu sudah mengenal apa yang disebut tulisan huruf “ULU” atau Akasara Rencong disebutRenceng karena ditulis patah-patah.
VII. Kebudayaan Pasemah
Sebagai suku bangsa yang mempunyai kebudayaan yang tinggi ada beberapa peninggala-peninggalan nenek puyang yang sampai saat ini masih ada dan dipelihara antara lain :
- Rumah Dempo Dulu ( Rumah adat Bahari) yang banyak terdapat di dusun (Kampung) lama. Rumah adat ini dinamakan Rumah Beunjung Bertihang Sembilan, dengan ukiran ciri pada zaman matahari mati. Ciri-ciri ukiran ini dari zaman dinasti di Cina (Zaman Dinasti Tang dan Dinasti Ming)
- Zaman tempo dulu nenek puyang ahli dibidang membuat kain tenun ikan khas Pasemah, juga dalam kesenian ada tarian khas Pasemah, tari Reban, Gegirit, rejung dll.
- Yang tidak kalah pentingnya di Besemah Jurai Sumbaiadalah suku-suku yang mempunyai beberapa jenis senjata yang terbuat dari besi. Senjata yang dibuat daei besi ini dari zaman Kerajaan Sriwijaya ( ciri-ciri pembutannya sangat jelas dari zaman Hindu Sriwijaya ) seperti :
Kerisis Tata Runjune Pusaka Dewe Semidang
Rentakeu dan Buntag Bujuk Pusaka Sumbai Tanjung Raga
Keris Kerian Tangis Pusaka Sumbai Ulu Lurah
Siwar Lawang dan Keris Santan Apung dll
Dahulu menurut cerita senjata-senjata tersebut mempuyai kekuatan magis (sakti).sebenarnya banyak pusaka-pusaka orang Pasemah dari kerajaan Sriwijaya.
VIII. Pemerintahan Adat yang Dinamakan “ Lampik Empat Merdike Duwe”
Di Besemah Pemerintahan adat / kekuasaan adat “ Lamping Empat Merdike Duwe” , adalah kekuasaan adat yang tidak mempuyai komdifikasi, pada dasarnya untuk mengatur tatanan, nomor-nomor kehidupan berdasarkan kebiasaan yang ada dalam masyarakatnya, demikian di Pasemah secara populer dalam bahasa asingnya disebut “The Unwritten Adat Law” atau Jus Non Scriptum (hukum asli penduduk).
Hukum adat adalah suatu yang hidup, karena ia menjelmahkan perasaan hukum yang nyata dari rakyat dengan f itrahnya sendiri, adat terus menerus dalam keadaan tumbuh dan berkembang seperti hidup itu sendiri (Pakar Hukum Adat, Prof. Dr. R. Seopomo, SH (UJ 1962 hal 6)
Pada zaman kemerdekaan Besemah (Pasemah) rumpun-rumpun seketurunan yang membentuk kesatuan genelogi dan mencetuskan kesatuan-kesatuan bersifat teriorial. Kesatuan masyarakat ini adalah :
- Sumbai Besar
- Sumbai Tanjung Raya (Pangkal Lurah)
- Sumbai Ulu Lurah
- Sumbai Mangku Anom
- Sumbai Suku Semidang
- Sumbaisuku Penjalang
Kesatuan masyarakat tersebut diatas yang melaksanakan aturan-aturan adat di dalam masyarakanya. Kepala sumbai suku ini adalah pimpinan adat bersama-sama Junai Tua sebagai DewanAdat (sama dengan perwakilan rakyat) sumbai dan suku dalam pemerintahan adat (pelaksana adat) “ Lampik Empat Merdike Duwe” kepala atau ketua Pasemah dipilih atau ditetapkan dari ketua sumbai “Lampik Empat Merdike Duwe” dengan nasehat dan pertimbangan Mrdike Duwe. Maka secara bersamaan di pasemah kekuasaan adat tadi disebut “ Lampik Empat Merdike Duwe” suatu pemerintahan yang kuat demokratis.
Oleh Dr. Van Rooyen ( dalam bukunya “de Palembangsche marga en Hare Grand en Waterrechten) dikatakan sebagai suatu “Een Republiek in den meest democratisheunzin” suatu republik arti seluas kata. Kebenaran kata-kata Dr. Van Rooyen tersebut juga oleh penulis barat lainnya berpendapat sama ( Dr. BJ Hage-Haven-Granberg-wilken-Dr. Lublink Widdik dan Sri Thomas Stanford Raffles) diantaranya menulis buku promotion/skripsikesarjanaan mereka buku “memore van overgranve atau buku “Kolonial Studien”.
Perlu dicatat dan diketahui bahwa pemerintah adat “Lampik Empat Merdike Duwe” ini tidak di bawah kekuasaan Sultan Palembang yang baru terbentuk abad 16-1825 tahun masehi oleh kesultana Banten dan Kesultanan Cirebon. Karena itu di Besemah tidak mengenal istilah sultan atau sunan.
Berakhirnya kekuasaan adat “Lampik Empat Merdike Duwe” setelah Belanda dan Inggris mengekspansi ke tanah Pasemah yang terakhir di Sultan selatan. Keterangan ini didapat dari MRHAJ Oecker Asisten Residen Palembang bahwa dalam masa mengekpansi ke pasemah melalui tiga arah antara lain :
(Tiga Rangkaian Sejarah Perlawanan Rakyat Pasemah)
- Dari daerah Bengkulu ke Pasemah Ulu Manna selnjutnya ke tanjung sakti oleh inggris tahun 1790 sampai 1821 M
- Dari daerah Tebing Tinggi ke Pasemah Ulu Lintang oleh Belanda tahun 1852 M.
- Dari Lahat berakhir tahun 1866 M ke Pasemah Lebar
IX. Kerajaan Sriwijaya
Berdasarkan buku-buku sejarah Indonesia bahwa pada zaman keemasannya kerajaan sriwijaya pengaruhnya sampe ke Cina, Kamboja, Thailand hal ini ditulis pada babad Cina dan berdasarkan prasasti-prasati yang ditemukan di Palembang, Jambi antara lain Prasasti Keduikan Bukti yang menunjukkan tahun 5 Ashade 605 saka atau bulan Juni 683 Masehi oleh Dapunta Hyang (isi Prasasti tidak kami tulis)ini pada waktu Seminar sejarawan untuk menentukan hari jadi Kota Palembang (Bulan April 1972).
Dalam buku “Negarakertagama” yang ditulis Prapanca adalah buku yang merupakan (Buku Banbon) sejarah-sejarah kerajaan di Bumi Nusantara yang di tulis dalam huruf Sanskerta tahun 1287-1365 masehi.
Menjelaskan bahwa kerajaan Sriwijaya merupakan pusat kerajaan dan bandara yang cukup ramai. Pusat dan bandara inilah disebut Palembang (sekarang ini) dan kerajaan riwijaya ini yang menjadi pusat pengembangan pendidikan agama Hindu dan Budha.
Dalam Perjalan sejarahnya pada Dinasti Syailendra bagian dari Raja-raja Sriwijaya pada Zaman Keemasannya pada akhir abad ke-8 masehi pernah meletakkan titik kekuasaannya di daerah Jawa Tengah (Magelang) yakni bangunan suci yang sampai saat ini masih berdiri yaitu candi Borobudur, Mendut dan Candi Pawon adalah hasil karya seni bagunan dan seni pahat dalam kerangka arisitektur yang tidak ternilai.
Pada dinding-dinding Candi digambarkan diantaranya relief-relief pelajar sedang belajar agama Budha dll dan yang tidak kalah pentingnya adalah prasasti bahwa candi ini dibuat oleh syailendra Raja Sriwijaya. Dan Candi Borobudur ini merupakan kebanggaan bagi bangsa Indonesia Bahkan merupakan seni bangun pra sejarah tingkat dunia.
Berdasarkan cerita-cerita tetua/leluhur orang Besem,ah dan sangat diyakini bahwa Putri Sandang Biduk adik dari Puyang Atong Bungsu kawin dengan Raja Sriwijaya.
Menjelang kehancuran oleh serbun Cola Mandala dalam tahun 1024/1025 M dan dikisahkan dalam buku Negarakertagama, sriwijaya ditundukan oleh kerajaan Majapahit pada tahun 1377 Masehi oleh Raden Wijaya dengan gelar Prabu Kertagama, dan disebut juga prabu Brawijaya.
Maksud dan Tujuan
Dengan adanya seminar Nasional Besemah ini maka akan menghasilkan karya ilmiah bagi masyarakat Pasemah, rakyat Sumatera Selatan dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Kesimpulan
Dari hasil pemaparan tersebut di atas maka penulisan menyimpulkan bahwa Pasemah masih eksis untuk diteliti secara ilmiah dari berbagai disiplin ilmu sehingga dapat dijadikan ilmu pengetahuan baik masa kini maupun yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar